MUSIM panas 2003. Sebuah pesawat terbang dari Portugal menuju Inggris mengangkut rombongan tim Manchester United yang baru menjalani laga persiapan pramusim melawan Sporting Lisbon.
Dalam pesawat itu, sejumlah pemain ”Setan Merah” mendekati Manajer Sir Alex Ferguson. Secara mengejutkan, para pemain mendesak Ferguson membeli anak muda berusia 18 tahun yang membuat mereka kocar-kacir hingga kalah 1-3 pada partai persahabatan itu. Anak muda itu, Cristiano Ronaldo.
Lima tahun kemudian, Ronaldo dinobatkan menjadi Pemain Terbaik Dunia FIFA 2008. Ia meraih 136 suara pertama, dengan total 935 poin dari polling terhadap pelatih dan kapten tim nasional seluruh dunia, mengalahkan gelandang Barcelona, Lionel Messi, dan striker Liverpool, Fernando Torres. Ia menyapu bersih penghargaan individu bergengsi 2008, termasuk Ballon d’Or sebagai pemain terbaik Eropa, pemain terbaik Inggris versi asosiasi pemain, penulis, juga penonton.
”Ini saat yang luar biasa, momen spesial dalam hidup saya,” kata Ronaldo saat menerima penghargaan dari Pele di Zurich, Swiss, Senin (12/1), seperti dikutip situs resmi Manchester United (MU). ”Ini adalah puncak dari era yang fantastis.”
Gelar FIFA itu menjadi titik kulminasi dari potensi luar biasa yang telah dilihat para pemain MU hingga membujuk Ferguson membeli Ronaldo. Gelar itu juga menjadi puncak Ronaldo setelah tampil dalam debutnya bersama MU pada 16 Agustus 2003 selama 30 menit saat membantai Bolton Wanderers, 4-0. Penampilan dia kala itu membuat banyak orang terpesona.
Barangkali, tanpa ”insiden” di atas pesawat itu, MU tak bakal punya pemain terbaik dunia. Ronaldo kala itu sudah diincar klub-klub top Eropa, termasuk Arsenal yang juga tengah melakukan pendekatan. Pelatih Arsenal Arsene Wenger mengakui Ronaldo sudah dekat pada Arsenal sebelum direbut MU.
Gerard Houllier, Pelatih Liverpool kala itu, adalah orang pertama yang mencium bakat pemuda 16 tahun ini. Namun, ia menilai Ronaldo masih terlalu muda dan butuh waktu berkembang bersama Sporting.
Adapun Ferguson begitu didesak para pemain langsung melakukan pendekatan. Singkatnya, sebelum kompetisi musim 2003 dimulai, Ronaldo resmi berseragam MU, memakai kostum bernomor 7 warisan sejumlah legenda ”Setan Merah” seperti George Best, Eric Cantona, David Beckham. Kontraknya 350 dollar AS per pekan di Sporting melonjak menjadi 35.000 dollar setelah menandatangani kontrak dengan MU.
Penampilannya setelah pindah dengan harga 12,24 juta poundsterling (Rp 197 miliar) menunjukkan tipe permainan khas pemain sayap: cepat dan skillfull, tetapi suka pamer dan inkonsistensi yang bikin frustrasi.
Pada dua musim pertama, ia tampil 90 kali dengan torehan 15 gol. Kritik mulai bermunculan. Mereka meragukan kapasitas Ronaldo, menganggap dia tak lebih sebagai pemain sirkus jago juggling dan step over tanpa menghasilkan apa-apa.
Transformasi
Titik baliknya datang dari situasi tak terduga: kontroversi pada putaran final Piala Dunia 2006 Jerman. Pada partai perempat final membela Portugal melawan Inggris, Ronaldo menjadi korban kampanye media Inggris yang menilai dia bertanggung jawab atas kartu merah rekan seklubnya, striker Wayne Rooney, dan menjadi kambing hitam tersingkirnya Inggris. Kedipan mata Ronaldo ke bangku cadangan Portugal saat Rooney berjalan keluar lapangan setelah menginjak Ricardo Carvalho menjadi aksi menyakitkan bagi publik Inggris.
Banyak yang percaya, pria bernama lengkap Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro ini tak kembali ke Manchester. Ia juga mengaku ingin bermain di Spanyol. Namun, Sir Alex Ferguson mendinginkan suasana dan meyakinkan Ronaldo agar bertahan. Alasannya, kontroversi juga dialami pemain besar MU seperti Cantona dan Beckham.
Ronaldo kembali ke Manchester sebagai pemain yang selalu diejek ke mana pun MU pergi. Namun, ia mampu menjadikan kontroversi sebagai inspirasi untuk sesuatu yang lebih besar. Pemain terbaik bisa merespons masalah dengan penampilan yang kian cemerlang.
Musim 2006/2007 menjadi transformasi Ronaldo dari ”pemain sirkus” menjadi penentu kemenangan. Ia mencetak 23 gol dalam 53 laga. Duetnya dengan Rooney menjadi kombinasi mematikan. Hasilnya? MU menyudahi paceklik empat tahun gelar Liga Inggris.
Musim berikutnya, ia menorehkan 42 gol dalam 49 laga saat MU meraih gelar ganda, Liga Primer dan Liga Champions.
Karakter kerasnya mungkin dipengaruhi masa kecil Ronaldo yang tumbuh di kawasan miskin Funchal, Madeira, kepulauan yang ratusan kilometer jaraknya dari daratan Portugal. Rumah masa kecilnya adalah bungalo sempit hingga mesin cuci pun diletakkan di atap. Orangtuanya, José Dinis dan Maria Dolores, tukang kebun dan tukang masak. Ia dinamai Ronaldo sebab Jose pengagum mantan Presiden AS Ronald Reagan.
Gerbang sukses
Pada usia 11 tahun, bakatnya menarik perhatian pemandu bakat Sporting Lisbon, salah satu klub top Portugal, yang lantas menawari dia tempat di akademi klub itu. Awalnya, ia kesulitan mengendalikan temperamen, homesick parah, menelepon ibunya minta pulang.
Ia kemudian berkembang menjadi pemain yang sering berakting di lapangan, pamer, bahkan ”narsis”. Ia menunjukkan hal itu saat MU memenangi Liga Champions 2008, dengan merayakannya seolah-olah ia paling berjasa. Padahal, ia gagal mengeksekusi penalti.
Namun, ia juga membuktikan, tak mustahil seorang pemain punya keindahan, kekuatan, kecepatan, dan daya juang sekaligus. ”Ronaldo lebih baik dibandingkan George Best dan Denis Law, keduanya pemain besar dan brilian dalam sejarah United,” kata Johan Cruijff, legenda sepak bola Belanda.
Kecemerlangannya membuat Real Madrid kepincut. Perebutan Ronaldo oleh MU dan Madrid mewakili perdebatan sepak bola kini: keserakahan versus loyalitas, kekuatan klub lawan kebebasan individu, tuan dan budak, serta kemampuan dia mengubah permainan, menjadikannya dagangan, dimanipulasi agen, dan dipanasi media.
Namun, ia belum disejajarkan dengan Pele, Maradona, atau Zinedine Zidane. Ia mesti menyempurnakan kehebatannya di tim nasional. Penampilannya di Piala Eropa 2008 mengecewakan. Portugal disingkirkan Jerman di perempat final. (Prasetyo EP)
Sumber : Kompas.com
0 komentar on "Ronaldo Menggenggam Dunia"
Posting Komentar